Penyidik dari
Subdirektorat Cyber Crime Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri mengungkap
pola pembobolan tiga bank besar di Indonesia yang terjadi belum lama ini.
Kejahatan yang dikategorikan pencurian uang nasabah tersebut dikerjakan melalui
penyebaran virus.
Direktur
Tindak Pidana Ekonomi dan Khusus Bareskrim Polri Brigjen (Pol) Victor Edi
Simanjuntak mengatakan, pengungkapan pola kejahatan cyber ini berawal
dari laporan tiga bank kepada polisi bahwa ada sejumlah transaksi mencurigakan
yang merugikan bank dan nasabah.
"Atas
laporan itu, kami melakukan tracking ke sejumlah rekening dan
akhirnya penyidik kami mendapatkan sebuah pola modus si pelaku," ujar
Victor dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (13/4/2015).
1.
"Malware"
Berdasarkan penyelidikan sementara, pelaku
menyebarkanmalware untuk memperdaya korbannya. Malware itu
disebarkan ke ponsel nasabah melalui iklan-iklan software internet
bankingpalsu yang kerap muncul di sejumlah laman internet. Ketika nasabah
mengunduh software palsu itu, malware akan secara otomatis
masuk ke ponsel dan memanipulasi tampilan lamaninternet
banking seolah-olah laman tersebut benar-benar berasal dari bank.
"Padahal, tidak. Begitu virus (malware) itu masuk, pelaku yang
mengendalikan. Tampilan di layar dibuat persis sama seperti program bank. Jadi,
seolah-olah si nasabah tengah berinteraksi dengan program bank, padahal ke
pelaku," ujar Victor.
Ketika pelaku sudah mengendalikan program internet bankingnasabah,
maka kode rahasia rekening nasabah akan diketahui pelaku. Namun, si pelaku
tidak menguras rekening nasabah. Dia hanya membelokkan arah uang jika nasabah
telah melakukan transaksi keuangan. Uang hasil transaksi nasabah itu dikirim ke
pihak ketiga yang disebut sebagai "kurir".
2.
Rekrut kurir
Dalam
aksinya, pelaku tidak bekerja sendiri. Kelompok ini merekrut warga negara
Indonesia sebagai "kurir". Perekrutan kurir ini menggunakan kedok
kerja sama bisnis sehingga kurir tidak mengetahui bahwa uang yang masuk ke
rekeningnya merupakan hasil pencurian uang nasabah.
"Mereka
diajak kerja sama bisnis oleh pelaku. Pelaku mengiming-imingi kurir ini tidak
perlu bekerja banyak. Dia hanya menerima uang dari bank, lalu 10 persennya
untuk si kurir dan sisanya harus dikirim ke sebuah rekening di Ukraina via
Western Union," ujar Victor.
Victor
menjelaskan, perekrutan kurir dilakukan secara acak. Pelaku bertemu mereka,
kemudian menawarkan membuka rekening untuk menampung uang hasil bisnis. Ada
yang mengaku bisnis perdagangan kayu, kain, mesin, dan lain-lain.
Menurut
Victor, berdasarkan penyelidikan polisi, ada sekitar 50 WNI yang tertipu dan
direkrut menjadi kurir.
3.
Dari luar negeri
Victor
mengatakan, pelaku pembobolan merupakan warga negara asing yang tergabung dalam
sindikat pencurian uang nasabah yang cukup besar. Berdasarkan keterangan enam
kurir yang telah diperiksa, mereka sudah mulai bekerja di Indonesia sejak satu
bulan terakhir.
Penyidik
juga telah mengantongi identitas pelaku dan bekerja sama dengan Interpol untuk
mengungkap jaringan ini.
"Kami
berkomitmen untuk segera menangkap pelaku. Kami kejar walaupun mereka ini
mengendalikannya dari luar negeri," ujar Victor.
Dari
laporan yang masuk ke kepolisian, ada sekitar 300 nasabah yang menjadi korban
dengan total kerugian mencapai Rp 130 miliar (bukan triliun seperti disebut
sebelumnya, red). Dari tiga bank yang dibobol, tidak semua bank bersedia
mengganti kerugian yang diderita nasabah. Victor mengingatkan
bahwamalware itu masih eksis di dunia maya sehingga nasabah harus
berhati-hati jika mengunduh aplikasi layanan internet banking.
Sumber: Kompas.com

